EVERYLOGI - Kali ini kita akan membahas tentang penyakit Alzheimer, Kalau orang Indonesia menyebutnya sih sebagai pikun. Alzhimer atau pikun identitik dengan orang tua yang sudah kakek nenek, Karena memang usia mereka mempengaruhi kinerja pada tubuh mereka terutama pada otak. Langsung saja simak penjelasan mengenai Alzheimer dibawah ini.
Alzheimer, pertama kali dikenalkan secara lebih luas oleh ahli saraf asal Jerman, yaitu Alois Alzheimer. Alzheimer sendiri merupakan penyebab paling umum dari demensia. Istilah demensia digunakan untuk menggambarkan serangkaian gejala yang mencakup kehilangan memori, perubahan suasana hati, masalah dengan komunikasi dan penalaran. Gejala ini bisa terjadi ketika otak mengalami kerusakan oleh penyakit ataupun kondisi tertentu termasuk penyakit Alzheimer. Selama penyakit ini berlangsung, zat kimia dan struktur otak berubah sehingga menyebabkan kematian sel-sel otak.
Alzheimer atau biasa disebut sebagai pikun merupakan suatu kondisi dimana sebagian sel- sel di otak sudah tidak berfungsi. Akibatnya kemampuan otak menurun drastis Alzheimer merupakan sejenis sindrom yang terjadi karena adanya apoptosis pada sel-sel otak dalam kurun waktu yang relatif bersamaan, akibatnya otak tampak mengecil dan mengerut. Alzheimer sendiri termasuk penyakit yang progresif, yaitu bertahap dari waktu ke waktu dan menyebabkan lebih banyak kerusakan dibagian otak.Seiring berjalannya waktu, protein plak dan serat yang berbelit dalam struktur otak menyebabkan kematian sel-sel otak. Orang dengan Alzheimer juga memiliki kekurangan beberapa zat kimia penting dalam otak mereka. Zat kimia ini berpengaruh penting dalam pengiriman pesan yang terjadi pada otak. Karena itulah gejala yang muncul menjadi lebih parah. Biasanya ditandai dengan melemahnya daya ingat, kemampuan persepsi yang menurun, kesulitan dalam melakukan penalaran, hingga kesulitan memproses bahasa.
Biasanya Alzheimer ditandai dengan gejala pikun ringan seperti mudah lupa tentang kejadian-kejadian yang belum lama dilalui. Kemudian lambat laun, gejala lain bisa muncul termasuk kerap terlihat bingung, kesulitan berkomunikasi, mengalami gangguan kecemasan dan perubahan suasana hati yang dramatis, bahkan tidak mampu lagi melakukan aktivitas tanpa dibantu orang lain.
Pada fase awal, seseorang yang mengidap Alzheimer biasanya akan terlihat mudah lupa, seperti lupa nama benda atau tempat, lupa tentang kejadian-kejadian yang belum lama dilalui, dan lupa mengenai isi percakapan yang belum lama dibicarakan bersama orang lain.
Seiring perkembangan waktu, gejala akan meningkat. Penderita Alzheimer kemudian akan kesulitan melakukan perencanaan, kesulitan bicara atau menuangkan sesuatu ke dalam bahasa, kesulitan membuat keputusan, kerap terlihat bingung, tersesat di tempat yang tidak asing, gangguan dalam suasana hati dan mudah cemas, serta mengalami perubahan kepribadian, seperti mudah curiga, penuntut, dan agresif. Pada kasus yang lebih parah, penderita Alzheimer bisa mengalami delusi dan halusinasi, serta tidak mampu melakukan aktivitas atau bahkan tidak mampu bergerak tanpa dibantu orang lain.
Faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit Alzheimer, di antaranya adalah gaya hidup yang tidak sehat, berjenis kelamin wanita, berusia di atas 65 tahun, memiliki orang tua atau saudara kandung yang mengalami Alzheimer, memiliki riwayat penyakit jantung, ataupun pernah mengalami luka berat di kepala.
Pada tahun 1950-an diperkirakan 2,5 juta penduduk dunia mengidap penyakit ini, dan mencapai enam miliar orang pada tahun 2000. Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan lebih dari satu miliar orang tua yang berusia lebih dari 60 tahun atau 10 persen penduduk dunia mengidap Alzheimer pada tahun 2003. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2014, jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia mencapai 20,24 juta orang, atau sekitar 8,03 persen dari seluruh penduduk di negeri ini.Di Indonesia. Saat ini angka penderita demensia telah menyentuh hampir 1,2 juta jiwa, angka ini diperkirakan akan naik hingga lebih dari 4 juta orang pada tahun 2050.
Akhir-akhir ini beberapa orang dokter sudah menggunakan istilah Mild Cognitive Impairment (MCI). MCI adalah kerusakan kognitif ringan ketika seseorang memiliki kesulitan mengingat hal-hal atau berpikir jernih tetapi gejalanya tidak cukup berat untuk mengarah ke diagnosis penyakit Alzheimer. Penelitian terbaru yang dilakukan menunjukan bahwa orang dengan MCI memiliki peningkatan risiko untuk berkembang ke penyakit Alzheimer. Namun, peningkatan dari MCI ke Alzheimer tergolong rendah (sekitar 10%-20% setiap tahun) dan akibatnya diagnosis MCI tidak selalu berarti bahwa orang tersebut akan terus berkembang menjadi Alzheimer.
0 Komentar